Motivasi,
Pengajaran, dan Pembelajaran
MENGEKSPLORASI MOTIVASI
Apa Motivasi Itu?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivas adalah perilaku yang
penuh energy, terarah dan bertahan lama.
Contohnya:
Lance Amstrong adalah pembalap sepeda yang hebat tetapi kemudian ia di diaknosa
mengidap kanker pada tahun 1996. Peluang kesembuhannya kira-kira kurang dari
50% saat pembalap sepeda itu mengikuti kemoterapi dan emosinya memburuk. Akan
tetapi Lance pulih dari penyakitnya itu dan bertekat memenangkan lomba Tour de
France sejauh kurang dari 2.000 mil, sebuah lomba sepeda paling bergengsi di
dunia. Hari demi hari lance berlatih keras, terus bertekat memenangkan lomba
itu. Lance kemudian berhasil memenangkan lomba balp Tour de Farnce bukan hanya
sekali, tetapi empat kali.
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif Behavioral. Perspektif behavioral menekankan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam motivasi murid. Insentif adalah peristiwa
atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku murid.
Pendukung pengggunaan intensif menekankan bahwa intensif dapat menambah minat
atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan erhatian pada perilaku yang
tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk.,2000).
Insentif
yang dipakai guru dalam kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan
indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika
mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Misalnya memamerkan karya mereka,
memberikan sertifikat prestasi, atau mengumumkan prestasi mereka.
Perspektif Humanistis. Perspektif
humanistis menekankan pada lapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan
pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan
terlebih dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan
individu harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut.
·
Fisiologis: lapar, haus, tidur
·
Keamanan(safety): bertahan hidup,
seperti perlindungan dari perang dan kejahatan
·
Cinta dan rasa memiliki:
keamanan(security), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain
·
Harga diri: menghargai diri sendiri
·
Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Aktualisasi diri, kebutuhan
tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow. Diberi perhatian khusus. Menurut
Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah
telah terpenuhi.
Perspektif kognitif. Menurut
perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan
ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich
& Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal
murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan merekan bahwa
merekan dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspektif
kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan.
Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi agak banyak kesempatan
dan tanggung jawab untuk hasil prestasi mereka sendiri.
Perspektif
kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W/ White (1959), yang
mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk
menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan
memproses informasi secara efisien. White mengatakan orang melakukan hal
tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi
internal untuk bernteraksi dengan lingkungan secara efektif.
Perspektif Sosial.
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang
lain secara aman. Misalnya, murid yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian
dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang
bersekolah (Baker, 1999: Stipek, 2002). Dalam studi kasus berskala luas, salah
satu factor terpenting dalam motovasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka
mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersikap positif atau tidak
(McCombs, 2001: McCombs & Quiat, 2001). Dalam studi lain, nilai matematika
menigkat dikalangan muris sekolah menengah apabila mereka mempunyai guru yang
mereka anggap sangat suportif(Eccles, 1993).
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapai tujuan). Motivasi Ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras
menghadapi ujian agar dapat nilai yang bagus. Sedangkan Motivasi Intrinsikadalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri. Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian itu
karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan.
Untuk
melihat kenapa ini bisa terjadi, mari kita lihat dua jenis motivasi intrinsik: (1)
determinasi diri dan pilihan personal (2) pengalaman optimal
Determinasi Diri Dan Pilihan
Personal. dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa
mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau
imbalan eksternal. Para periset menemukan bahwa motivasi internal dan minat
intrinsic dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang
untuk mengambil tanggungjawab personal atas pembelajaran mereka (Grolnick dkk.,
2002; Stipek, 1996, 2002).
Pengalaman Optimal.
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskripsikan pengalaman
optimal dalam hidup. Dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan
terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat
melakukan aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area dimana murid ditentang
dan menganggap diri mereka punya keahlian yang tinggi.
Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi
Ekstrinsik. Dalam sebuah studi, murid yang tertarik
dengan seni dan tidak tahu akan ada imbalan menghabiskan lebih banyak waktu
untuk menggambar ketimbang dengan murid yang juga menyukai seni tapi mengetahui
aka nada imbalan/ hadiah (Lapper, Greene, & Nisbettr, 1973).
Akan
tetap, hadiah dikelas dapat berguna. Dua kegunaanyya adalah: (1) sebagai
insentif agar mau mengerjakan tugas (2) mengandung informasi tentang penguasaan
keahlian. Poin penting disini adalah bahwa bukan imbalan itu sndiri yang
menyebabkan efek, tetapi tawaran atau ekspektasi atas imbalan itulah yang
memberikan efek (Schunk, 2001). Imbalan yang digunakan sebagai insentif
menimbulkan persepsi bahwa perilaku murid disebabkan imbalan eksternal, bukan
oleh motivasi dalam diri untuk menjadi pandai.
Pergeseran Depelopmental Dalam
Motivasi Ekstrinsik Dan Intrinsik. Banyak psikolog dan
pendidik percaya adalah penting bagi murid untuk mengembangkan internalisasi
dan motivasi intrinsic yang lebih besar saat mereka tumbuh. Akan tetapi periset
menemukan bahwa murid pindah dari SD ke sekolah menengah, motivasi intrinsic
mereka menurun. Itu disebabkan karena praktik kenaikan kelas memperkuat
orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah usia, mereka
terkungkung dalam penekanan pada tujuan naik kelas dan karenanya motivasi
internalnya turun.
Jacquelynne
Eccles dan rekannya mengidentifikasi beberapa perubahan spesifik dalam konteks
sekolah yang dapat membantu menjelaskan penurunan motivasi intrinsic. Murid
sekolah menengah lebih impersonal, lebih formal, lebih evaluatif, dan lebih
kompetitif ketimbanga anak SD. Murid membandingkan diri mereka dengan murid
lain karena mereka dinilai berdasarkan kinerja relative mereka dalam
mengerjakan tugas-tugas dan ujian standar. Eccles dan rekan-rekannya mengajukan
konsep personal- environment fit( kesesuaian orang- lingkungan). Mereka
berpendapat bahwa kurangnya kesesuaian antaralingkungan SMP/ SMA dan kebutuhan
remaja muda menyebabkan evaluasi diri negative dan sikap negative terhadap
sekolah.
Walaupun
belum banyak riset tentang masa transisi ke SMA, riset yang sudah ada
menunjukkan bahwa, seperti transisi ke SMP, transisi ini bisa menimbulkan
problem yang serupa(Eccles, Wigfield, & Schiefele, 1998; Wehlage, 1989).
SMA sering kali lebih besar dan lebih birokratis ketimbang SMP. Di sekolah
semacam ini, sense of community- nya biasanya melemah, dimana murid dan guru
tidak banyak kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain secara lebih
dekat. Akibatnya, ketidakpercayaan Antara murid dan guru mudah timbul dan ada
sedikkit komunikasi mengenai tuuan murid. Konteks semacam ini dapatmelemahkan
motivasi murid yang tidak bagus secara akademik.
Proses Kognitif Lainnya
Atribusi. Teori Atribusi
menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri,
orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi
adalah sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Beberapa hal yang dianggap
sebagai penyebab kesuksesan atau kegagalan adalah kemampuan, usaha, tingkat
kesulitan dan kemudahan tugas/ soal, kebeuntungan, suasana hati, dan bantuan
atau rintangan dari orang lain.
Bernard
Weiner(1989, 1992) mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal: (1) lokus,
apakah sebab itu bersifat eksternal atau internal bagi si actor; (2) kemampuan,
sejauh mana sebab-sebab itu tetap tak bisa diubah atau dapat diubah; (3) daya
control, sejauh mana individu dapat mengontrol sebab tersebut. Misalnya, murid
mungkin memandang sikapnya sebagai muncul dari dirinya sendiri, stabil dan tak
dapat dikontrol. Murid itu juga mungkin menganggapkesempatan atau keberuntungan
sebagai sesuatu yan berada di dalam dirinya dan tidak dapat dikontrol.
Motivasi untuk menguasai. Yang
berhubungan erat dengan ide tentang motivasi intrinsic dan atribusi adalah
konsep motivasi penguasaan(mastery motivation). Para periset menyebut bahwa
penguasaan ini sebagai salah satu dari tiga tipe orientasi prestasi:
penguasaan, tak berdaya, dan kinerja. Carol Dweck dan rekannya telah menemukan
bahwa anak menunjukkan dua respons berbeda terhadap tantangan atau situasi yang
sulit: orientasi untuk menguasai(mastery orientation) atau orientasi tak
berdaya(helpless). Anak dengan orientasi
untuk menguasai akan focus pada tugas ketimbang pada kemampuan merekaa,
punya sikap positif(menikmati tantangan), dan menciptakan strategi berorientasi
solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Murid yang berorientasi penuasaan ini
sering kali menyuruh diri mereka untuk memerhatikan, berfiir, cermat, dan
mengingat staregi yang sukses di masa lalu. Sebaliknya, anak dengan orientasi tak berdaya berfokus pada
ketidakmampuan personal mereka, seringkali mereka mengatributkan kesulitan
mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap negatif(termasuk
kejemuan dan kecemasan). Orientasi ini melemahkan kinerja mereka.
Orientasi
untuk menguasai juga bisa dipertentangkan dengan orientasi kinerja, yang berarti lebih memerhatikan hasil ketimbang
proses. Bagi murid yang berorientasi kinerja atau prestasi, kemenangan atau
keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari kemenangan
atau keberhasilan.
Self- efficacy. Self
efficacy(kecakapan diri) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mneguasai
situasi dan memproduksi hasil positif. Bandura percaya bahwa kecakapan diri
dalah factor penting yang mempengaruhi prestasi murid. Schunk berpendapat bahwa
kecakapan diri mempengaruhi pemilihan tugas oleh murid, dan bahwa murid dengan kecakapan diri yang rendah mungkin
akan menghindari tugas pembelajaran, terutama yang menantang dan sulit.
Sedangkan murid dengan kecakapan diri yang tinggi akan mengerjakan tugas
seperti itu.
Self
efficacy anda mungkin akan berpengaruh besar terhadap kualitas pembelajaran
murid anda. Guru dengan self efficacy rendah mungkin akan merasa kebingungan
menghadapi masalah dalam kelas, tidak ada rasa percaya diri dalam kemampuan
mereka dalam mengelola kelas, menjadi stress dan marah pada perilaku murid yang
tidak tepat,dll.
Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan(anxiety) adalah
perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan menyenangkan. Beberapa
perisetmenemukan bahwa banyak murid sukses punya kecemasan leve moderat. Tetapi
ada beberapa murid dengan tingkat kecemasan tinggi yang mengganggu kemampuan
mereka untuk meraih prestasi. Beberapa anak mempunyai kecemasan yang tinggi
karena orang tua nya membebankan standar prestasi yang tidak realis pada diri
anak mereka.
Ekspektasi Guru
Motivasi
dan kinerja murid mungkin dipengaruhi oleh ekspektasi guru. Guru sering kali
punya ekspektasi lebih positif untuk murid berkemampuan tinggi ketimbang murid
berkemampuan rendah. Misalnya, guru menyuruh murid berkemampuan tinggi untuk
lebih giat belajar, lebih sering memuji mereka,dll.
MOTIVASI, HUBUNGAN DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
Motif Sosial
Motif sosial adalah
kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dan pengalaman sosial.
Perhatian terhadap motif sosial muncul daari katalog kebutuhan yang disusun
Henry Murray(1938), yang mencakup kebutuhan akan afiliasi atau keterhubungan,
yakni motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain.
Beberapa
murid suka dikelilingi banyak kawan. Di SMP dan SMA, beberapa murid ada yang
merasa hilang dari kehidupannya jika tidak ada pacar. Murid lainnya tidak punya
kebutuhan afiliasi sekuat itu.
Hubungan Sosial
Orang tua. Telah
dilakukan riset tentang hubungan parenting dengan motivasi murid. Studi
tersebut mengkaji karakteristik demokrafis, praktik pengasuhan anak, dan
provisi pengalaman spesifik di rumahnya.
Karakteristik
demokrafis. Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebi mungkin
percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting. Ketika
waktu dan energy orang tua lebih banyak dihabiskan untuk orang lain ketimbang
anaknya, motivasi anak mungkin akan meurun drastis. prestasi murid dapat
menurun apabila mereka tinggal dalam keluarga single parent, tinggal dengan
orang tua yang waktunya dihabiskan untuk bekerja, dan tinggal dalam keluarga
besar.
Praktik
pengasuhan anak.
Berikut
ini adalah praktik parenting positif yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi:
·
mengenal betul anak dan memberi
tantangan dan dukungan dalam kadar yang tepat
·
memberikan iklim emosional yang positif,
yang memotivasi anak untuk menginternalisasikan nilai dan tujuan orang tua
·
menjadi model perilaku yang memberi
motivasi: bekerja keras dan gigih dalammenghadapi tantangan
Provisi pengalaman positif di
rumah. Membacakan buku untuk anak prasekolah dan memberi
materi bacaan di rumah akanmemberi efek positif pada prestasi dan motivasi
membaca anak(Wigield & asher, 1984).
Teman sebaya. Teman
sebaya dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi
dan motivasi sosial, belajar bersama, dan pengaruk kelompok teman
sebaya(Eccles, Wigfield, &Schiefele).
Murid
dapat membandingkan dirinya sendiri dengan teman sebaya mereka secara akademik
dan sosial. Perbandingan sosial positif biasanya menimbulkan penghargaan diri
lebih tinggi, sedangkan perbandingan sosial negative menurunkan penghargaan
diri. Murid yang diterima oleh teman sebayanya dan punya keahlian sosial yang
baik sering kali lebih bagus belajarnya
di sekolah dan punya motivasi akademik yang positif. Sebaliknya, murid
yang ditolak oleh temannya, terutama yang sangat agresif, berisiko mengalami problem
belajar, seperti mendapat nilai buruk dan keluar atau dikeluarkan dari sekolah.
Guru. Nel
Noddings percaya bahwa murid kemungkinan besar akan berkembang menjadi manusia
yang kompeten apabila mereka merasa diperhatikan. Karenanya guru harus mengenal
murid dengan baik. Para periset telah menemukan bahwa murid yang merasa punya
guru yang suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar ketimbang
murid yang merasa punya guru yang tidak suportif dan kurang perhatian.
Guru dan orang tua. Peran
penting orang tua dalam perkembangan murid dan strategi yang dapat digunakan
guru untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak
mereka.
Konteks Sosiokultural
Status sosioekonomi dan etnisitas. Guru
harus mengenali dan menghargai diversitas di dalam kelompok kultural dan harus
membedakan pengaruh status sosioekonomi dengan pengaruh etnis. Biasanya kualita
sekolah untuk murid miskin lebih rendah ketimbang murid kelas menengah ke atas.
Gender. Perbedaan
gender dalam prestasi berkaitan dengan keyakinan dan nilai. Perhatian utama
adalah perbedaan gender dalam interaksi guru-murid, kurikulum da nisi,
pelecehan seksual, dan bias gender.
MURID BERPRESTASI RENDAH DAN SULIT
DIDEKATI
Murid yang Tidak Bersemangat
Murid
jenis ini mencakup: (1) murid berprestasi rendah dengan kemampuan rendah yang
kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan punya ekspektasi prestasi yang rendah;
(2) murid dengan sindrom kegagalan; (3) murid yang terobsesi untuk melindungi
harga dirinya dengan menghindari kegagalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar